Direktur Center for Muslim Politics and World Society
Dosen Ilmu Politik Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)
BEBERAPA hari terakhir ini, kita disuguhkan Di kecaman Pada lima generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) yang berkunjung Di Israel, termasuk berdialog Di Pemimpin Negara Israel Isaac Hersog. Misalnya, Savic Ali Mengungkapkan kunjungan warga dan aktivis NU itu Akansegera memperburuk citra Ke mata publik, Ke mana sikap PB NU dan Nahdlyin sangat jelas berdiri Ke sisi Palestina dan mengecam agresi militer Israel.
Di nada yang sama, Gus Ulil Mengungkapkan “Saya mengecam Di keras keberangkatan lima anak NU Di Israel”. Justru, Gus Nadir mengkritik keras kunjungan tersebut. Menurutnya, ”Inisiatif kunjungan seperti ini sudah lama berjalan bertahun-tahun dan selalu memicu Perdebatan. Saran saya mereka yang merasa tokoh/aktivis/ulama sebaiknya menolak undangan semacam ini Di konflik belum usai. Yang untung cuma Israel Di kunjungan Di NU. Mudaratnya lebih banyak”. Singkat kata, penyataan Di pengurus PB NU dan cendekiawan NU terang benderang mengecam kunjungan tersebut.
Sejatinya, kunjungan Di Israel acap memicu Perdebatan. Sebelumnya Tindak Kejahatan ini, kunjungan Gus Yahya Di Israel, Ke tahun 2018, Sebelumnya menjabat ketum PB NU, juga menuai Perdebatan. Video kunjungan tersebut diunggah American Jewish Commitee (AJC) dan cukup banyak dikecam warga Indonesia. Alasan Gus Yahya ketika itu ikhtiar Untuk menyerukan Kedamaian.
Gus Dur adalah pembuka wacana hubungan diplomatik Di Israel yang juga kontroversial. Justru, Gus Dur pernah berkunjung Di Israel Ke 1994 Untuk Merasakan perjanjian Mutakhir Isreal Di Yordania Ke Oktober 1994.
Peserta kunjungan Di Israel Mutakhir-Mutakhir ini tersebut tampaknya mewakili aktivis dan pegiat kerukunan antaragama. Di gambar tersebut setidaknya ada enam orang Di mereka yang saya kenal. Sebagian adalah kawan-kawan yang memperjuangkan kerukunan dan harmoni Ke Tanah Air.
Hemat saya, mereka adalah orang-orang baik, yang acap menyuarakan suara kerukunan dan Kedamaian. Kunjungan mereka Di Israel Bisa Jadi Pada Di pertukaran kebudayaan yang umum dilakukan Ke beberapa Negeri seperti AS, Australia, dan Cina.
Data yang saya dapatkan Menunjukkan bahwa ini kegiatan pertukaran kebudayaan yang dibiayai satu lembaga yang bertujuan mengirim mahasiswa dan skolar Untuk Di Israel. Tentunya, selain manfaat ada juga kepentingan yang mendasari beberapa Negeri Melakukan kunjungan kebudayaan tersebut.
Pemerintah China misalnya Melakukan kunjungan atau pemberian beasiswa Pembelajaran Untuk sebagian kelompok Ke Tanah Air. Ke antaranya Untuk menetralisir informasi media arus utama Barat yang menyuarakan Keputusan keras dan melanggar Hak Fundamental Di pemerintah atas Uyghur Ke Xinjiang.
Memang, tidak bisa berharap banyak Di kunjungan mereka ini. Kunjungan ini bukan satu dialog antaragama yang berorientasi politik atau transformasi konflik, yang juga Diperjuangkan sebagian orang. Dialog agama Untuk politik bertujuan membangkitkan koeksistensi atau harmoni sosial dan Meningkatkan legitimasi Aktor Atau Aktris dan proses politik Untuk mencapai tujuan hidup damai.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Perdebatan Kunjungan Generasi Muda Nahlatul Ulama Di Israel