Jakarta –
Pola distribusi galon guna ulang yang buruk dikatakan dapat Memperbaiki pelepasan (Mobilitas Penduduk) bahan kimia berbahaya Bisfenol A (BPA). Dekan Fakultas Medis-Obatan Universitas Airlangga, Prof. Junadi Khotib mengungkapkan Lebihterus tinggi kadar BPA Di kemasan polikarbonat, maka paparan BPA Di air minum Di kemasan Lebihterus tinggi.
“Memang ada Studi tentang kinetika pelepasan BPA Di kemasan polikarbonat. Lebihterus tinggi kadar BPA Di kemasan polikarbonat, BPA yang dilepaskan juga Lebihterus tinggi,” ucap Prof. Junadi Di keterangan tertulis, Sabtu (20/7/2024).
“Hanya saja, pelepasan ini sangat tergantung Di suhu dan tingkat keasaman. Ketika Di distribusi dan produksi, kemasan galon air minum terpapar cahaya matahari langsung Agar suhunya Meresahkan, tentu Di sana sangat cepat terjadi Mobilitas Penduduk,” imbuhnya.
Prof. Junaidi meminta Badan Pengawas Terapi dan Konsumsi (BPOM) tidak boleh lagi membiarkan Komunitas terus-menerus terpapar bahan kimia BPA mengingat efeknya Di Kesejaganan, termasuk gangguan perkembangan otak dan mental anak usia dini.
“BPOM bisa memperkecil Kemungkinan paparan risiko BPA Lewat pemberian label Di kemasan Konsumsi dan minuman. Itu Dibagian Di Pelatihan publik sekaligus bentuk perlindungan Sebagai masa Di anak-anak Indonesia,” tegas dia.
Prof. Junadi Berkata bahwa paparan BPA Di tubuh berbanding lurus Bersama konsentrasi BPA Di darah dan urin.
“Sambil konsentrasi BPA Di darah dan urin sangat erat Bersama berbagai Gangguan yang berkaitan Bersama gangguan endokrin, termasuk perkembangan saraf dan gangguan mental Di anak-anak. Ini kenyataan yang harus kita buka bersama,” katanya.
Rekomendasi tersebut didasarkan Di hasil Studi Gugus Peneliti Kesejaganan Universitas Airlangga mengenai efek paparan BPA Di perkembangan otak dan gangguan mental anak usia dini.
“Studi kami sifatnya terbuka, siapa saja bisa mengakses dan yang kami dapatkan adalah evidence efek paparan BPA Di Kesejaganan mental dan otak anak, sesuai Bersama standar keilmuan dan Kesejaganan,” ungkap Junadi.
“Di seluruh dunia, otoritas Perlindungan Ketahanan Pangan sepakat Sebagai mengatur acceptable daily intake secara progresif Di awal penggunaan plastik sampai Pada ini. Semua Bangsa sudah berada Di titik pandang yang sama Yang Berhubungan Bersama bagaimana mengelola TDI,” tandasnya.
Prof. Junadi yakin Pada ini Komunitas belum banyak yang mengetahui risiko BPA Di galon polikarbonat. Hal ini disebabkan Sebab label peringatan yang belum pernah ada Di kemasan produk.
Padahal, lanjutnya, pelepasan (Mobilitas Penduduk) BPA Di Di Konsumsi atau minuman adalah sesuatu yang jamak Di kemasan Ketahanan Pangan Di jenis plastik polikarbonat. “Dipastikan Mobilitas Penduduk BPA itu terjadi,” katanya.
Senada Bersama Prof. Junaidi, Prof. Andri Cahyo Kumoro, Guru Besar bidang Pemrosesan Ketahanan Pangan Departemen Cara Kimia Universitas Diponegoro, Berkata bahwa produsen Air Minum Di Kemasan (AMDK) sering kali mengangkut galon air Bersama cara yang kurang baik, sering terpapar sinar matahari langsung dan terguncang-guncang.
“Ini sangat Berpotensi Sebagai menjadikan BPA terlepas Bersama cepat,” katanya.
Prof. Andri menambahkan Komunitas belum banyak yang mengetahui bahaya paparan BPA. Karenanya, dia menyarankan pelabelan BPA Di kemasan galon sebagai langkah yang tepat Sebagai mendidik Komunitas.
“Saran saya, produsen beralih Di kemasan yang lebih aman dan bebas BPA,” pintanya.
Menurut data BPOM, 96,4% galon bermerek yang beredar luas Di pasaran menggunakan kemasan polikarbonat, jenis plastik keras yang pembuatannya menggunakan bahan campuran BPA. Studi terbaru BPOM Menunjukkan bahwa tingkat Mobilitas Penduduk BPA Di galon guna ulang Di fasilitas produksi, distribusi, dan peredaran sudah sangat mengkhawatirkan.
Deputi Bidang Pengawasan Ketahanan Pangan Olahan BPOM, Rita Endang mengatakan bahwa temuan Mutakhir tersebut menjadi dasar keputusan BPOM Sebagai Menerbitkan draf peraturan pelabelan risiko BPA Di galon polikarbonat.
Di draf yang Pada ini menunggu pengesahan, BPOM mewajibkan produsen yang menggunakan galon polikarbonat Sebagai memasang label peringatan ‘Berpotensi Sebagai Mengandung BPA’, kecuali mampu membuktikan Sebagai Alternatif. Draf ini juga mencantumkan masa tenggang penerapan aturan Di tiga tahun.
(prf/ega)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Guru Besar Unair-Undip Sebut Pola Distribusi AMDK Bisa Perparah Paparan BPA